Rabu, 11 Maret 2015

Penerjemahan Berbantuan Komputer

Name : Anjar Rahmannita (10611938) and Siti Mulia Rahmah Putri (16611816)
Class : 4SA05
#Softskill task 1
Frankfurt Book Fair: A  stepping stone for the Indonesian publishing world

Billed as the world’s largest cultural event, the Frankfurt Book Fair in Germany will give Indonesian authors and publishers a chance to go international at its next iteration in October.
Organizers will prepare a pavilion at the heart of the venue for Indonesia, this year’s guest of honor.

Themed “17,000 Islands of Imagination”, the Indonesian pavilion will exhibit the cultural riches of the nation, while publishers will staff a booth on the other side of the hall.

At least 200,000 book professionals, agents, publishers, translators and illustrators from over 120 countries are expected to gather in Frankfurt, plus 10,000 journalists and 7,000 exhibitors.

At least 3,000 events will be held simultaneously in Frankfurt and other cities in Germany to promote international literary works.
The fair, which thrust Latin America literature and author Gabriel García Márquez into the global spotlight in the 1970s in its first edition, is a marketplace.

Works from the English-speaking world and Asia, including India and Arab nations — will occupy halls at the heart of the action at the book fair.
The person behind the layout change is Juergen Boos, the director of Frankfurt Book Fair for the last 10 years.

“Germany is the second-largest book market in the world — and the largest in Europe. After foreign books are translated into German and enter the market, other European countries will follow suit,” he said during a recent brief visit to Jakarta.

Boos, a former bookseller, worked for different publishing groups in Berlin. He was the marketing, sales and distribution director of the Wiley-VCH publishing group in Weinheim before taking over the Frankfurt Book Fair in 2005.

The 54-year-old was in town to meet with the Indonesian organizing committee for the book fair and government officials, specifically Culture and Elementary and Secondary Education Minister Anies Baswedan.

Paving the way for Indonesia, the book fair is facilitating the translation of Indonesian literature into German.

One-hundred titles have already been translated and more would be ready by October, according to Boos.

A series of events involving Indonesian publishers and authors have been held in the run-up to the book fair to test the waters and to boost interest from the European industry in buying the rights to publish the works.

Late last year, a small festival was held in Frankfurt that was attended by three Indonesian authors including Ayu Utami.

 “German media wrote a lot of articles about Indonesian culture and authors during the brief event,” Boos said. “Many people don’t know about Indonesia, other than what they read on the news about its politics or Bali.”

Another promotional event for Indonesia will be held at the Leipzig Literary Festiva, where there will be Indonesian book reading and discussions with authors.

A total of 70 authors will travel to Germany for the series of events.

 “It’s more like the year of German-Indonesia cultural exchange,” said Boos.

“At the economic level, Indonesia could benefit from selling the copyrights to foreign publishers. Moreover, the local publishing companies could create a long-term relationships with other publishers,” Boos said. “There must be a tourism impact, as people get interested by the media attention to Indonesia culture.”
Source :  http://www.thejakartapost.com/news/2015/03/09/frankfurt-book-fair-a-stepping-stone-indonesian-publishing-world.html


Pameran Buku Frankfurt: Batu Loncatan bagi Penerbitan Indonesia

Billed sebagai acara budaya terbesar di dunia, Pameran Buku Frankfurt di Jerman akan memberikan penulis dan penerbit Indonesia kesempatan untuk go international pada iterasi berikutnya pada bulan Oktober.

Penyelanggara akan menyiapkan sebuah pavilyun di jantung Kota di Indonesia, tamu kehormatan ditahun ini.
Bertemakan “17,000 pulau imajinasi”, paviliyun Indonesia akan menggelar pameran kekayaan budaya nasional, sementara penerbit akan mendirikan stan di sisi lain pameran.

Sedikitnya ada 200,000 profesional buku, agen, penerbit, penerjemah, ilustrator yang berasal dari lebih dari 120 negara yang diharapkan untuk berkumpul di Frankfurt, ditambah dengan 10,000 wartawan dan 7000 peserta pameran.

Sedikitnya ada 3000 acara yang serentak akan diselenggarakan di Frankfurt dan kota-kota lain di Jerman yang bertujuan untuk mempromosikan karya sastra Indonesia.

Pameran tersebut, yang telah membawa kesusastraan Amerika Latin dan Penulis Gabriel García Márquezmenjadi sorotan dunia di tahun 1970 dalam edisi pertama, adalah sebuah pasar.

Karya-karya dari Dunia dan Asia Berbahasa Inggris, termasuk India dan Arab  akan menempati aula di pusat acara di pameran buku tersebut.

Orang yang berada dibalik perubahan tata letak ini adalah Juergen Boos, direktur Pameran Buku Frankfurt selama 10 tahun terakhir.

“Jerman adalah pasar buku terbesar kedua di dunia  dan terbesar di Eropa. Setelah buku-buku berbahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan memasuki pasar, Negara-negara Eropa lainnya akan mengikutinya,” katanya selama kunjungan singkatanya ke Jakarta.

Boos, seorang mantan penjual buku, bekerja untuk grup penerbit  yang berbeda-beda di Berlin. Ia adalah seorang marketing, salesdan direktur distribusi kelompok penerbitan Wiley-VCH di Weinheim sebelummengambil alih Pameran Buku Frankfurt pada tahun 2005.

54 tahun berada dikota untuk bertemu dengan panitia penyelenggara Indonesia  pameran buku dan pejabat pemerintahan, secara spesifik KebudayaanSekolah Dasar dan Menteri Pendidikan MenengahAniesBaswedan.

Membuka jalan bagi Indonesiapameran buku tersebut  memfasilitasi terjemahan sastra Indonesia ke dalam bahasa Jerman.

Menurut Boos, seratus judul sudah siap untuk diterjemahlan dan selebihnya akan disiapkan di bulan Oktober.

Serangkaian acara yang melibatkan penerbit dan penulis Indonesia telah diselenggarakan dalam jangka-panjang menuju pameran buku untuk menguji air dan meningkatkan minat dari industri Eropa dalam membeli hak untuk menerbitkan karya-karyanya.

Akhir tahun lalufestival kecil diadakan di Frankfurt yang dihadiri oleh tiga penulis Indonesia termasuk AyuUtami.

“Media Jerman menulis banyak artikel tentang budaya Indonesia dan para penulis selama acara singkat tersebut,” kata Boos. “Banyak orang yang tidak tahu tentang Indonesia, selain dari apa yang mereka baca diberita tentang politik atau Bali”.

Acara promosi lainnya untuk Indonesia akan diadakan di Festival Sastra Leipzig, dimana disana akan ada buku-buku bacaan Indonesia dan diskusi bersama dengan para penulis.

Total ada 70 penulis yang akan pergi ke Jerman untuk mengikuti serangkaian acara.

“Ini lebih seperti tahun pertukaran budaya Indonesia-Jerman.” Kata Boos.

“Di level ekonomi, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan hak cipta penerbit asingSelain ituperusahaan penerbitan lokal bisa membuat hubungan jangka panjang dengan penerbit lain"kata Boos."Harus ada dampak pariwisata, sehingga  orang-orang menjadi tertarik oleh sorotan media terhadap budayaIndonesia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar